Selasa, 04 Desember 2012

PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR)

PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET  RAKYAT ( BOKAR)
Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang . Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.
A.  Penanganan Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu dipengaruhi oleh aktivitas organisme yang akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit angina dan krep (crepe), lateks pekat. Penurunan mutu biasanya disebabkan aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman / jenis klon, pengangkutan, serta kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah hal itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat.
  2. lateks harus segera diangkat ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
  3. lateks tidak boleh terkena matahari langsung.
  4. atau dengan menambahkan amonia (NH3) atau natrium sultit (Na2SO3)  dengan dosis 5ml – 10 ml /liter lateks. Efek samping penggunaan amonia lateks mudah menguap sehingga jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat menurun kadarnya dalam proses penggumpalan diperlukan asam format(semut) lebih banyak.
B.  Penentuan Kadar Karet Kering
Kadar Karet Kering (KKK) lateks atau bekuan sangat penting untuk diketahui karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penentuan harga juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS, Krep, dan Lateks Pekat.
Ada empat metode penentuan KKK yang digunakan yakni metode laboratorium baku, metode chee, metode hidrometri, dan metode panci penggoreng.
Pada dasarnya keempat metode tersebut memiliki prinsip penentuan kadar yang sama perbedaan hanya pada peralatan dan metodenya. Cara Perhitungan KKK adalah :  Bobot Karet Kering
________________  x  100 %
Bobot Lateks
C.  Jenis Bahan Olah Karet Rakyat
Dalam rangka perbaikan mutu bokar, pemerintah telah menetapkan SNI-Bokar No.06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002. dengan kriteria nilai KKK, kebersihan,  ketebalan, dan jenis bahan bekuan
Bokar yang bermutu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu :
  1. Tidak ditambahkan bahan-bahan Non karet
  2. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
  3. Segera digiling dalam keadaan segar
  4. Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung
  5. Tidak direndam dalam air.
Bahan olah karet rakyat :
  1. Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
  2. Lum Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
  3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 10 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
  4. Sleb Tipis dan Sleb Giling :  Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku yang berukuran 60cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalam pengangkutan .
  5. Blanket : Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm-1cm, dengan KKK sekitar 65% – 75%.
  6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.
  7. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengan sit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari . Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
  8. Lateks Pekat : Lateks Pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadihkan dari KKK 28% – 30 % menjadi KKK 60 % – 64 % , pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih, pendadihan, dan pemanenan.
SISTEM DAN KELEMBAGAAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR )
A.  Pemasaran dan Penentuan Harga Bokar
1. Sistem dan Pemasaran Bokar
Pemasaran Bokar merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan bokar dari petani kepabrik pengolah ( SIR, RSS, Lateks Pekat ) dan selanjutnya diekspor atau dijadikan barang jadi karet.
Penyampaian Bokar dari petani ke pihak pabrik pengolah dilakukan oleh lembaga pemasaran melalui fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran ( Penjualan dan Pembelian ), fungsi fisik ( Pengumpulan, Penyimpanan, Pengangkutan, Pengolahan), Fungsi fasilitas standarisasi, grading, Penanggungan Resiko, Pembiayaan, dan Penyediaan Informasi Pasar/Harga. Dalam melaksanakan Fungsinya Lembaga Pemasaran akan memerlukan Biaya dan Memperoleh Jasa Keuntungan.
Sistem pemasaran karet rakyat umumnya delum terorganisasi dengan baik dan kurang efisien hal ini disebabkan lokasi kebun karet rakyat yang tersebar dalam luasan yang sempit, rantai pemasaran yang panjang, dan mutu Bokar yang rendah serta beragam. Penyebab lainnya adalah sistem penjualan bokar masih didasarkan atas berat basah, sehingga bokar yang diperdagangkan hanya Berkadar 40 – 50 % selebihnya adalah air dan kotoran. Karena kondisi ini menyebabkan biaya angkut yang tinggi dan ada resiko susut yang harus ditanggung oleh lembaga Pemasaran dan pada akhirnya berpengaruh terhadap harga yang diterima petani. Artinya dengan semakin besar biaya dan jasa pemasaran makan bagian harga yang diterima petani semakin rendah.
Sistem Pemasaran Bokar
­­­­­­­­­­__________________________       ______________________________
│                                                    ↓ ↑                                                             ↓
Petani  →  Pedagang Desa  →  Pedagang Besar  →  Pool Pabrik  →   Pabrik/Eksportir
↓_______________________________↑________________↑
Rantai Pemasaran Bokar Tradisional
kemitraan
____________________________________________
↑                                                                                       ↓
Petani  →  Kelompok tani  →  KUD
Industri Barang ½ jadi
↓­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­_______________________ Pabrik pengolah / eksportir
Kemitraan / lelang
Rantai pemasaran Bokar yang telah terorganisasi
Kelompok Tani dan KUD tidak menguasai fisik bokar tetapi hanya sebagai pengelola yang memperoleh fee / komisi
2. Sistem Penentuan Harga Bokar
Harga bokar yang diterima Petani seperti yang diuraikan diatas ditentukan oleh sistem kelembagaan, dan panjangnya rantai pemasaran yang pada dasarnya menentukan tingkat kekuatan petani dalam melakukan negosiasi pembentukan harga. Selain itu harga bokar ditentukan oleh :  Jenis dan Mutu Bokar,  Kadar Karet Kering (KKK),  Harga Karet Alam Dunia,  Marjin Pemasaran.
A. Jenis dan mutu bokar yang terstandarisasai biasanya berhubungan dengan Kadar Karet Kering ( KKK ) yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam penentuan harga bokar. Mutu bokar yang baik harus memenuhi kriteria, diantaranya adalah : 1. lateks dibekukan dengan asam semut atau pembeku lain yang dianjurkan, 2. Bersih dan bebas kontaminasi kotoran, 3. Tidak Direndam dalam air atau dijemur dibawah terik matahari, 4. KKK ditingkat Petani minimum 50%, 5. Dicetak dalamUkuran Tertentu.
Standar Nasional Indonesia(SNI) bokar Nomor 06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002, dalam SNI tersebut bokar terdapat 4 jenis mutu Sleb dan Lum, maka harga pembelian bokar dibedakan berdasarkan jenis mutu agar petani terdorong untuk menghasilkan bokar yang bermutu baik.
B.  Kadar Karet Kering ( KKK )
Kadar Karet kering adalah persentase kandungan karet yang terdapat didalam bokar. KKK merupakan faktor terpenting penentuan harga bokar. KKK bokar ditentukan oleh KKK lateks, sistem pengolahan dan penyimpanan bokar di tingkat petani.
Secara sederhana Penentuan KKK dapat dihitung sebagai berikut :
KKK  :  Sb / Bk x 100 %
Sb : Sleb basah(mula2)
Bk : Blanket kering(sleb setelah digiling)
Penentuan KKK oleh lembaga pemasaran hanya berdasarkan perkiraan visual dan ada unsur spekulasinya. Hal ini dipengaruhi dengan penanggungan resiko misalnya kesalahan taksir KKK. Selain itu kondisi tersebut masih ditambah lagi dengan adanya resiko susut angkut dan salah taksir tingkat kebersihan mutu sleb, kondisi ini menyebabkan lembaga pemasaran umumnya melakukan potongan berat dalam membeli bokar petani untuk mengurangi resiko.
C.  Harga Karet Alam Indonesia
Penentuan Harga Bokar menggunakan pedoman yang bersumber dari harga karet alam dunia yang telah disesuaikan jika karet (SIR/RSS) akan diekspor dari pelabuhan setempat ( harga FOB ). Harga tersebut biasanya diumumkan lewat media radio, Koran, atau juga bisa diakses melalui website www.bappebti.go.id atau www.sicom.co.sg
Dari harga FOB tersebut selanjutnya dikurangi biaya pengolahan SIR dan keuntungan pabrik yang biasanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi riil pabrik dan penyusutan, berbagai biaya variable, khususnya biaya tenaga kerja dan energi proses pengolahan. Harga Pembelian ditingkat Pabrik (100% KK) berkisar antara 80 % – 92 % FOB SIR 20. Harga Pembelian Pabrik sangat dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan bokar dalam suatu wilayah .
D.  Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih antara harga ditingkat konsumen dengan harga ditingkat petani dalam arti penjumlahan dari biaya-biaya dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin panjang rantai pemasaran dan semakin rendah mutu bokar, akan menyebabkan total biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh berbagai tingkat lembaga pemasaran semakin besar yang pada akhirnya akan memperkecil bagian yang akan diterima oleh petani.
B.  Alternatif Pengorganisasian Pemasaran Bokar
Pemasaran bokar melalui kelompok tani diharapkan mampu memupuk dan melatih jiwa kebersamaan petani yang progresif, meningkatkan posisi tawar menawar petani, serta menghasilkan volume jual yang efisien yang dapat menurunkan biaya-biaya pemasaran sekaligus meningkatkan harga jual bokar dan bagian harga yang diterima petani.
1. Pemasaran Bokar dengan Pola kemitraan
Secara konseptual Pola kemitraan dinilai sangat ideal karena terjadi komunikasi antara kelembagaan petani, pabrik pengolah/pengekspor, dan instansi pemerintah yang berfungsi menetapkan harga pembelian bokar, pembakuan mutu sesuai standar SNI, dan menentukan aturan main sistem kemitraan yang diawasi dengan jelas dan praktis. Namun operasionalnya bagi pihak mitra dinilai memberatkan dan petani sendiri seringsekali tidak merasa diuntungkan, salah satu penyebabnya adalah karena karet merupakan komoditas yang pasarnya terbuka, jumlah pembelinya sangat banyak dan harganya bersaing, akibatnya pola ini tidak populer dan tidak berkembang .
2. Pemasaran Bokar dengan Lelang
Mekanisme umum pasar lelang bokar adalah sebagai berikut :
o. Panitia lelang mengkoordinasikan jenis dan mutu bokar tertentu yang dihasilkan oleh petani / kelompok tani sesuai dengan permintaan pasar.
o. Panitia lelang mengundang pabrik pengolah atau pedagang besar untuk mengikuti lelang pada waktu yang ditentukan, disertai estimasi tentang jenis dan volume bokar yang akan dilelang.
o. Para petani / kelompok tani mengumpulkan sejumlah bokar dengan volume tertentu
o. Diadakan pemeriksaan mutu bokar petani / kelompok tani oleh panitia lelang dan penawar lelang dan penawar lelang.
o. Panitia lelang menentukan harga indikator yang disesuaikan dengan perkembangan harga umum ( terutama harga internasional ) dengan memperhatikan mutu
o. Pembeli mengadakan penawaran secara terbuka dan ditentukan harga penawaran tertinggi
o. Pengukuran volume lelang ( penimbangan )
o. Pembayaran transaksi dilakukan secara tunai.
Sistem dan  kelembagaan pemasaran bokar akan menentukan tingkat harga dan bagian yang akan dterima petani, yang selanjutnya akan menentukan pendapatan petani. Didalam mekanisme pembentukan harga bokar yang diterima petani, selain terdapat faktor-faktor yang dikuasai oleh petani sendiri( jenis mutu bokar dengan KKK optimum yang sesuai permintaan pasar dan meminimumkan marjin pemasaran) juga terdapat faktor yang tidak dapat  / tidak langsung dikuasai oleh petani ( misalnya harga karet internasional ). Upaya pengorganisasian sistem pemasaran bokar untuk meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan mengoptimumkan berbagai faktor yang dapat dikuasai oleh petani, apabila arus pemasaran bokar kekonsumen lancar dan berkesinambungan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar