Kamis, 14 Februari 2013

Menghitung Kubikan/Volume Kayu


Bagi anda yang berkecimpung dalam dunia perkayuan, pasti sangat penting bagi anda untuk mengetahui cara menghitung kubikasi kayu. Kubikasi kayu sendiri adalah nilai besaran volume yang ada pada kayu, dan nilai satuannya menggunakan meter kubik (M3). Dengan mengetahui nilai kubikasi dari sebuah kayu, maka kita juga dapat menafsir atau mengetahui harga kayu tersebut berdasarkan nilai kubikasinya.


Cara yang digunakan untuk menghitung kubikasi pada kayu log atau gelondong
berbeda dengan cara untuk menghitung kubikasi kayu gergajian atau kayu yang sudah berbentuk papan. Hal ini dikarenakan secara fisik bentuk antara keduanya berbeda. Jadi masing-masing mempunyai rumus sendiri-sendiri untuk menghitung nilai kubikasinya. 

Untuk cara menghitung kubikasi kayu log atau gelondong

rumus yang biasa digunakan adalah (P x D x D x 0,7854) : 10.000 = nilai kubikasi   

Keterangan : 

cara menghitung kubikasi kayuP adalah panjang kayu yang dinyatakan dalam satuan meter
D adalah diameter kayu yang dinyatakan dalam satuan cm

Contoh kasus : Jika seseorang akan membeli sebuah kayu yang masih berupa gelondong dengan ukuran diameter 25 cm dan panjangnya 2 meter maka, jika menggunakan rumus di atas, nilai kubikasi yang terdapat pada kayu adalah (2 x 25 x 25 x 0,7854) : 10.000 = 0,098175 M3.

Jadi, besarnya nilai kubikasi pada satu gelondong kayu yang akan dibeli oleh orang tersebut sebesar 0,098175 atau hampir sepersepuluh kubik. 

Nb: Nilai kubikasi kayu yang diperoleh dengan menggunakan rumus ini hampir sama (sedikit lebih rendah) dengan nilai kubikasi kayu yang ada pada tabel kubikasi kayu log perhutani. Atau jika anda tidak ingin capek-capek menghitung dengan menggunakan rumus, anda bisa melihat langsung pada tabel milik perhutani di tabel kubikasi perhutani.

Sedangkan untuk rumus atau cara menghitung kubikasi kayu gergajian atau papan 

rumus yang digunakan adalah (T x L x P) : 10.000 = nilai kubikasi

Keterangan :  
T adalah tebal papan kayu yang dinyatakan dalam satuan cm
L adalah lebar papan kayu yang dihitung dalam satuan cm
P adalah panjang papan kayu yang dihitung dalam satuan meter

Contoh kasus : pada satu papan kayu dengan ukuran tebal 4 cm, lebar 25 cm dan panjang 2 meter, maka besarnya kubikasi pada papan kayu tersebut jika menggunakan rumus di atas adalah (4 x 25 x 2) : 10.000 = 0,02 M3 atau butuh 50 lembar papan untuk mencapai satu kubik.

Cara-cara menghitung kubikasi kayu di atas tidak hanya untuk jenis-jenis kayu tertentu melainkan bisa diterapkan pada semua jenis kayu komersial lainnya, seperti kayu jati, kayu sengon, kayu mindi, kayu mahoni dll.

Kamis, 31 Januari 2013

Penanaman Meranti-Sawit


Kondisi hutan saat ini sudah jauh berbeda, hutan tidak dapat lagi dijadikan andalan sebagai penghasil devisa Negara, bahkan pemenuhan kayu untuk kepentingan masyarakatpun saat ini terasa mulai sulit.

Tanaman kelapa sawit terbukti cukup baik kontribusinya dalam peningkatan perekonomian masyarakat, sehingga kelapa sawit merupakan tanaman primadona bagi masyarakat tani.
 Kabupaten Agam mempunyai potensi sawit yang cukup besar. Berikut dipaparkan teknis kombinasi sawit dan meranti yang disari dari materi pelatihan kehutanan.
   

KEUNTUNGAN    PENANAMAN     MERANTI DIANTARA    SAWIT

Beeberapa keuntungan penamanan meranti di antara sawit sebagai berikut :

  1. Biaya pengawasan dan pemeliharaan tanaman meranti lebih efisien karena sudah tertutup oleh manajemen sawit.
  2. Fungsi konservasi hutan dan lingkungan tidak hanya dilakukan didalam kawasan hutan tetapi juga diareal perkebunan sawit.
  3. Tanaman Meranti ternyata dapat bersinergi dengan tanaman sawit dan saling mendukung dari fungsi pelestarian dan produksi.
  4. Pemupukan yang dilakukan terhadap sawit membuat pertumbuhan meranti dibawah sawit sangat baik.
  5. Fungsi hutan bertambah karena termasuk wilayah intercropping antara meranti dan sawit.
  6. Kekurangan kebutuhan kayu dapat dipenuhi dari hasil kayu meranti yang ditanam diantara kebun sawit.
  7. Optimalisasi penggunaan lahan perkebunan menjadi semakin tinggi.
  8. Sebagai penangkal isu lingkungan bagi negara produsen sawit agar lebih mengedepankan kelestarian lingkungan dalam produksi.

POLA PENANAMAN
Penanaman meranti dibawah tegakan sawit idealnya  dilakukan pada kebun sawit berumur mulai 5 tahun, tajuk sawit sudah bertemu, tanaman meranti ditanam pada diagonal tanaman sawit ( matalima) dengan cara membuat piringan tanaman dan lubang tanaman sesuai standar bibit yang akan ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 M dan didapat sebanyak 110 batang / Ha.
Sementara pemeliharaan tanaman sudah lebih mudah karena sudah terintegrasi dengan pemeliharaan sawit, untuk pemanfaatan pelepah sawit dapat ijadikan mulsa bagi tanaman meranti. 

NILAI  EKONOMI TEGAKAN MERANTI.
            Berdasarkan hasil penelitian Prof. Suhardi (Fahutan UGM) di PT.Lonsum Sumatera utara, pertumbuhan rata2 diameter meranti yang ditanam diantara kelapa sawit 2 sampai 4 cm per tahun. 
Sementara pertumbuhan meranti dihutan alam berkisar antara 1 hingga 3 cm per tahun, dengan asumsi pertubuhan diameter 3 cm per tahun, maka pada umur 20 tahun akan didapat diameter rata2 60 cm, dengan asumsi panjang batang 20 M, maka akan didapat volume tegakan sebesar 22/7 x 302 cm x 20 M = 3,92 M3  /btg. 
Jika 1 Ha kebun sawit ditanam 110 batang meranti, maka akan didapat volume kayu meranti sebesar 110x3,92 M3 = 431,2 M3 kayu/Ha, jika diasumsikan harga 1 M3 kayu log pada saat panen sebesar Rp. 950.000,-  maka didapat nilai tegakan meranti didalam kebun sawit sebesar 431,2 M3 kayu/Ha x Rp. 950.000,- = Rp. 409.640.000,-


PENUTUP
Mari kita cermati bersama , apa yang mungkin kita lakukan terhadap kondisi alam yang sudah cukup memprihatinkan seperti saat ini Penanaman meranti diantara tanaman kelapa sawit merupakan salah satu pilihan untuk memperlakukan alam secara bijak.
(Disari dari :Materi Diklat Penyegaran Penyuluh Kehutanan BDK Pekan Baru)


TEKNIK PENANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T.et.B)


TEKNIK PENANAMAN ULIN
(Eusideroxylon zwageri T.et.B)

Oleh :
Balai Teknologi Reboisasi Palembang Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan dan Perkebunan

  1. PENDAHULUAN
    Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et. B) merupakan salah satu jenis penyusunan hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah : bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
    Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl.
    Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi di dalam air, tiang bangunan, sirap, papan lantai, jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat.
    Dalam rangka pengembangan tanaman ulin, diperlukan informasi dan kajian budidaya yang tepat sesuai dengan karakteristik tempat hidupnya.
  2. PENGADAAN BIBIT

    1. Pengadaan Benih
      Pohon ulin berubah setiap tahun, pada bulan Juli – Oktober. Buah ulin berbentuk bulat lonjong dengan garis tengah 5 – 10 cm dan panjang 10 – 20 cm. Buah muda berwarna hijau dan menjadi coklat setelah masak. Daging buah akan lepas dari biji melalui proses pembusukan selama ±1-2 bulan. Biji berwarna putih gading dengan kulit biji yang keras setebal 1-2 mm.
      Untuk memecahkan kulit biji yang keras, dapat dilakukan skarifikasi dengan merendam dalam air selama 2 jam, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari. Cara skarifikasi dengan menggunakan bantuan alat yang tajam dapat merusak kotilendon.
    2. Perkecambahan
      Perkecambahan ulin dapat dilakukan langsung ke kantong plastik atau melalui bedeng tabur. Perkecambahan melalui bedeng tabur memberikan hasil yang lebih baik.

      1. Bedeng Tabur
        Bedeng tabur dibuat dengan menggunakan sungkup dari plastik transparan berbentuk setengah lingkaran dengan garis tengah 70 cm. Sungkup dibuat di bawah tegakan atau naungan.
        Media yang digunakan untuk perkecambahan adalah pasir yang telah disterilkan, dengan cara : solarisasi, digoreng sangan atau fumigasi media dengan fungisida (Dithane M-45). Tebal pasir di bedeng tabur minimal 20 cm, mengingat pertumbuhan akar ulin sangat sepat dan panjang.
      2. Penaburan Benih
        Penaburan dilakukan setelah benih diskarifikasi. Benih ditabur sedalam ¾ dari ukuran benih dengan posisi mendatar.
        Benih mulai berkecambah pada hari ke 33 sampai siap sapih pada hari ke 69 (umur 8 minggu). Dengan cara tersebut diperoleh hasil persen kecambah di atas 95%.
    3. Penyapihan
      Penyapihan bibit dari bedeng tabur ke sapihan dengan menggunakan kantong plastik ukuran 20 x 30 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7 : 2 : 1. Penyapihan dilakukan pada pagi atau sore hari pada tempat yang teduh.
      Bedeng sapih dibuat di bawah naungan dengan kondisi sebagaimana bedeng tabur. Dalam penyapihan bibit ulin, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut:
      • Akar tunjang jangan sampai terlipat atau patah, mengingat akar cukup panjang dan besar;
      • Biji jangan sampai terputus/terlepas dari bibitnya, karena terpisahnya biji dari bibit akan menyebabkan kematian bibit tanaman.
      Bibit di tingkat sapihan memerlukan waktu 3-4 bulan dan bibit siap tanam di pangan. Bibit asal cabutan anakan alam yang sering digunakan untuk pertanaman, pertumbuhannya kurang baik di lapangan, karena mungkin disebabkan terlepasnya biji dari bibit.
    4. Pemeliharaan Bibit

      • Penyiraman dan Pemupukan
        Penyiraman dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu hari. Pemupukan diberikan apabila pertumbuhan bibit di bedeng sapih kurang baik. Pupuk yang biasa digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 10 gr per kantong plastik.
      • Pengendalian Hama dan Penyakit
        Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila terlihat adanya gejala serangan. Insektisida atau fungisida yang digunakan disesuaikan dengan jenis jamur ataupun serangga yang menyerangnya.
  3. PEMBUATAN TANAMAN

    1. Persiapan Lapangan

      1. Pemilihan Lokasi
        Ulin termasuk jenis semi toleran, yang pada waktu mudanya memerlukan naungan dengan intensitas tertentu. Pertumbuhan awal terbaik pada instensitas cahaya 5-25%. Penanaman pada lahan terbuka, perlu ditanami terlebih dahulu dengan jenis tanaman lain yang bertajuk rapat sehingga mencapai instensitas cahaya di bawah tegakan sebagaimana tersebut di atas.
      2. Persiapan Lapangan
        Areal yang akan digunakan perlu dibersihkan dari belukar yang dapat mengganggu penanaman dengan cara jalur selebar 2 m. Ajir tanaman dipasang dengan jarak 4 x 4 m. Lubang-lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 40 cm dengan kedalaman 30 cm.
      3. Penanaman
        Penanaman dilakukan pada waktu awal musim penghujan, diikuti dengan pengairan. Pada saat penanaman, biji juga harus tetap dijaga agar jangan sampai terlepas dari bibitnya.
      4. Pemeliharaan

        1. Penyulaman
          Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada waktu musim hujan masih ada.
        2. Penyiangan dan Pendangiran
          Penyiangan dilakukan setiap 4 bulan sekali pada tahun pertama dan 6 bulan sekali pada tahun berikutnya. Penyiangan dilakukan secara jalur dengan lebar 1 m ke kanan dan kiri tanaman. Pendangiran dilakukan bersamaan dengan pendangiran.
        3. Pemupukan
          Jenis dan dosis pemupukan yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan dilakukan satu tahun sekali. Pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 100 gr per pohon memberikan hasil yang lebih baik. Pemupukan awal dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan.