1. Inokulasi
Inducer Bio Kimia/ Fusarium sp yang di
inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh
karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama
fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring
waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem –
organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta
harum bila dibakar.
Mengingat jenis isolate penyakit
pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka
penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek
memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam
yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk
tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk
mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan
mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.
Agar berhasil mengembangkan inokulan
pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat
diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait,
perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat
sebagai pelaku produksi inokulan.
Tahapan-tahapan dalam penginokulasian gaharu, bahan dan alat yang dibutuhkan adalah:
ü. Bor kayu dengan ukuran minimal 10 mm,
sesuai dengan diameter batang semakin besar diameternya maka ukuran bor
semakin besar, ukuran bor yang biasa digunakan berukuran 13 mm.
ü. Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat bor listrik.
ü. Spidol permanent sebagai penanda titik bor.
ü. Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang dan jarak titik bor satu dengan lainnya.
ü. Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.
ü. Alkohol 70 % untuk sterilkan alat dan lubang hasil bor kayu.
ü. Masker, gunting serta kapas.
ü. Lilin lunak, plester atau lakban, untuk menutup lubang bor.
ü. Sarung tangan karet dan Inokulan Gaharu.
Proses pengerjaannya dengan mengikuti prosedur dibawah ini:
ü. Ukur titik pengeboran awal 1 meter
dari permukaan tanah. Beri tanda dengan spidol. Kemudian buat lagi titik
pengeboran diatasnya dengan mengeser kearah horizontal sejauh 15 cm dan
vertical 15 cm. dengan cara yang sama buatlah titik berikutnya hingga
setelah dihubungkan membentuk garis spiral.
ü. Ukur lingkaran batang untuk
mendapatkan diameter batang. Misalkan lingkaran batang 60 cm, hitung
diameternya dengan rumus : Keliling Lingkaran = diameter x 3,14. contoh
60 cm = diameter x 3,14 berarti diameter batang = 60 cm : 3,14 = 19,11
cm.
ü. Buat lubang sedalam 1/3 diameter
batang pada titik pengeboran yang sudah ditanda dengan spidol. Contoh :
Kedalaman lubang bor = diameter batang x 1/3 = 19,11 x 1/3 = 6,4 cm.
ü. Bersihkan lubang bor dengan kapas yang sudah dibilas dengan alcohol.
ü. Masukkan inokulan dengan pinset
kedalam suntikan yang ujungnya sudah dipotong, kemudian masukkan
inokulan kedalam lubang sampai penuh.
ü. Tutup lubang yang telah terisi penuh
inokulan dengan lilin agar tak ada kontaminan dari mikroba yang lain.
Untuk mencegah air merembes permukaan lilin ditutup kembali dengan
plester atau lakban.
ü. Cek keberhasilan penyuntikan setelah 3
bulan, caranya buka plester dan lilin kemudian kupas sedikit kulit
batang, jika batang tampak berwarna coklat kehitam hitaman berarti
penyuntikan berhasil. Tutup kembali lubang dengan lilin dan plester.
ü. 7 (tujuh) bulan setelah penyuntikan
ambil sample dengan mengebor lubang baru 5 cm diatas lubang sebelumnya,
jika serbuk hasil bor sudah hitam atau wangi atau sesuai dengan
ciri-ciri yang diinginkan maka pohon sudah dapat dipanen jika belum
sesuai tutup kembali lubang dengan lilin. Tanda hasil mulai maksimal
jika daun gaharu sudah mengering 50 % hal ini biasanya terjadi pada 1,5
tahun sampai 2 tahun setelah penyuntikan tergantung dari besarnya
diameter batang, semakin besar diameter batang maka proses mengeringnya
daun semakin lama.
Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap
pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas
minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai
berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau
diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm.
Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.
a. Inokulasi Dengan Inokulan Padat
Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat sebagai berikut:
- Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor.
Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 13 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
- Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
- Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
- Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lilin malam”
b. Inokulasi Dengan Inokulan Cair
Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair sebagai berikut:
- Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
- Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
- Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
- Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
- Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1–2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
- Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.
2. Pemeliharaan dan Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan terutama di
lahan yang kesuburannya rendah. Pemberian pupuk dapat dilakukan dua kali
dalam setahun, dengan ukuran 5 kg pupuk per-pohon. Pembersihan areal
penanaman juga perlu dilakukan guna menghindari tumbuhnya gulma
(tumbuhan pengganggu) khususnya pada musim hujan atau 4 kali dalam
setahun.
3. Panen dan Pasca Panen
Produksi gubal gaharu akan terbentuk
setelah perlakuan berjalan 3 bulan. Hal ini dimulai dengan berubahnya
warna kayu sekitar penyuntikan menjadi cokelat dan bertekstur keras
serta berbau wangi. Pemanenan dapat dilakukan mulai dari 1 tahun setelah
penginokulasian dengan cara menebang pohon. Kualitas gubal gaharu yang
dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat kesuburan pohon dan lamanya
penginokulasian. Semakin lama penginokulasian maka semakin tinggi
kualitas gubal gaharu yang dihasilkan. Potongan-potongan gubal gaharu
dibersihkan dari bagian kayu yang tidak terbentuk menjadi gubal.
Pembersihan kayu putih dari gubal memerlukan tenaga kerja yang memiliki
keterampilan khusus, sehingga tidak menurunkan kelas gubal akibat kurang
terampilnya tenaga kerja. Kemudian dilakukan penyortiran berdasarkan
kelasnya (Super, AB, BC, C1 dan C2). Untuk mengurangi kadar air,
potongan gubal gaharu dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar
matahari. Untuk gaharu kelas kemedangan selain dapat dipasarkan langsung
dapat pula di distilasi untuk diambil minyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar